Langsung ke konten utama

Selamatkan Bumi, Lebih Cepat Lebih Baik!


Perubahan iklim, sumber daya alam semakin menipis dan efek negatif lainnya menunjukkan tanda-tanda planet di mana kita berpijak ini sedang sakit. Lingkungan hidup semakin tidak terawat dan terabaikan. Manusia sibuk mengejar materi dan kedudukan sehingga mengabaikan bumi yang sedang sakit dan membutuhkan pengobatan secepatnya. Semakin sedikit kepedulian terhadap bumi yang sekarat.
Masalah-masalah lingkungan yang terjadi adalah hasil dari aktivitas manusia yang negatif. Perubahan iklim, misalnya, atau lebih dikenal dengan nama pemanasan global (global warming) adalah salah satu gejala bumi semakin sekarat. Pemanasan global merupakan peristiwa meningkatnya suhu rata-rata global permukaan bumi. Salah satu penyebab meningkatnya suhu permukaan bumi adalah aktifitas manusia yang menimbulkan efek rumah kaca.
Efek rumah kaca ini akan menimbulkan radiasi inframerah dan melubangi ozon yang semakin menipis. Bukan hanya itu, efek secara berkepanjangan adalah terganggunya stabilitas ekosistem di bumi. Mencairnya gunung es, peningkatan permukaan air laut yang bisa menimbulkan tsunami, cuaca ekstrem, badai dan sederet kerusakan lainnya yang semakin membuat bumi kesakitan. Tidak mustahil akan membuat bumi tutup usia jika sakit ini berkepanjangan.
Efek yang ditimbulkan bukan hanya mengganggu stabilitas ekosistem, timbulnya penyakit-penyakit baru juga salah satu gejala yang ditimbulkan dari pemanasan global. Jika dirinci satu persatu, terlalu banyak gejala yang menunjukkan bumi semakin sekarat.
Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah pemanasan global, kampanye-kampanye pencegahan pemanasan global semakin banyak. Tetapi hal tersebut seolah hanya hiburan dan aksi sementara. Dibutuhkan konsistensi dalam melakukan aksi pencegahan pemanasan global ini.
Sebentar lagi kita akan memperingati Hari Bumi atau dikenal dengan nama Earth Day dalam dunia Internasional. Sedikit kilas balik ke masa lampau. Hari Bumi ini diadakan untuk mengajak orang lebih peka dan peduli terhadap lingkungan hidup. Meningkatkan kesadaran manusia untuk menghargai dan menjaga planet tempat tinggal manusia, planet bumi.
Hari Bumi ini pertama kali dicetuskan oleh Gaylord Nelson, senator Amerika Serikat bagian Wisconsin pada tahun 1969. Pada 22 April 1970 banyak demonstran yang memadati salah satu daerah di Amerika Serikat, Fifth Avenue New York untuk mengecam para perusak bumi. Peristiwa inilah yang menjadi tonggak sejarah diperingatinya Hari Bumi 22 April 1970.
Tahun ini akan menjadi peringatan Hari Bumi yang ke 42. Bumi ternyata bukan semakin dijaga tetapi semakin terlantar. Perlu pengenalan dan ditanamkan sejak dini mengenai kepekaan menjaga lingkungan hidup. Kepekaan didukung dengan aksi nyata demi bumi kita satu-satunya.
Aksi sederhana yang bisa kita lakukan adalah mendukung program lembaga-lembaga yang menyelenggarakan penyelamat bumi. Salah satunya adalah kegiatan yang dilaksanakan bulan lalu, Earth Hour. Mungkin terlihat sepele, hanya memadamkan lampu dan listrik selama enam puluh menit bisa menyelamatkan bumi?
Sebenarnya bukan aksi kecil enam puluh menit tersebut. Bayangkan jika selama enam puluh menit dilakukan oleh semua masyarakat penghuni bumi. Berapa banyakah energi yang dihemat? Berapa banyak bahan bakar minyak yang dihemat? Hal ini akan menghemat sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (bahan bakar fosil).
Data lapangan menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar fosil setiap tahunnya meningkat. Jika terus seperti ini maka sumber daya alam ini akan habis. Hal kecil berdampak besar untuk menyelamatkan bumi.
Tentu tindakan hemat listrik tersebut tidak dilakukan satu tahun sekali. Setiap hari mematikan penggunaan listrik yang tidak terpakai akan melatih kedisplinan kita untuk lebih peka. Ketika hal kecil diperhatikan oleh banyak orang tentu akan memberi dampak yang sangat besar.
Tindakan nyata lainnya banyaknya melakukan penghijauan. Saat ini di Indonesia, terutama di kota-kota besar, terus dilakukan pembangunan besar-besaran. Pembangunan demi mendapatkan keuntungan yang besar tanpa mempertimbangkan kestabilan ekosistem. Pembangunan yang menjadi-jadi ini mengakibatkan kurangnya daerah resapan, sehingga ketika hujan bisa mengakibatkan banjir.
Ketika terjadi bencana ini, manusia kembali yang akan disulitkan. Oleh karena itu, perlu diperbanyak taman kota agar semakin banyak daerah resapan, dan ketika hujan bisa mencegah banjir. Tindakan sederhana seperti ini yang seharusnya mulai banyak dilakukan bukan hanya sebagai kampanye dalam poster belaka. Kepekaan, aksi nyata dan konsistensi akan menyelamatkan bumi kita. Jika bukan kita, siapa lagi?

(artikel dibuat dalam rangka memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Crayon’ Craft & co : Bisnis yang Memberikan Nilai Lebih

Bermula dari toko kecil di sebuah mal di Bandung pada tahun 1995, hingga saat ini Crayon’s Craft & co sudah berkembang pesat dan berpindah menjadi toko sendiri di Jalan Aceh no 15. Dahulu Crayon’s hanya sebuah toko yang menjual aksesoris, tas dan lain-lainnya, tetapi saat ini Crayon’s lebiih fokus kepada perlengkapan dan peralatan kerajinan tangan, selain membeli bahan-bahan, juga bisa kursus berbagai kerajinan tangan. Crayon’s Craft & co dimiliki oleh seorang wanita bernama Yoyong, ia yang mendirikan Crayon’s dari sebuah toko kecil hingga besar dan dapat banyak mendapat penghargaan seperti sekarang. Yoyong sendiri pernah mendapatkan piagam MURI sebagai pemrakarsa dan pembuat miniatur tempat penjualan makanan khas Indonesia terbanyak (40buah). Apa yang dimaksud dari miniatur tempat penjualan makanan? Crayon’s Craft & Co ini membuat miniatur-miniatur gerobak penjual makanan, toko-toko, warung dan lain sebagainya. Dan isi dari miniatur itu sendiri terbuat dari clay, dan dibua...

MAKRAB, UNTUK APA?

Malam keakraban atau yang lebih dikenal dengan nama makrab, mungkin sudah tidak asing lagi didengar. Hampir di setiap kampus mengadakan makrab, dengan gaya dan cara yang khas dan berbeda-beda. melihat nama makrab itu sendiri, tentu sudah terbayang apa tujuan dari dilaksanakannya acara ini. Tetapi, pada praktiknya, apakah makrab ini dirasa sudah cukup efektif untuk mendekatkan dan mengakrabkan tiap angkatan? Atau malah cenderung terbebani dengan segala sesutu yang harus diurus dalam persiapan makrab itu sendiri? Mengambil contoh dari tiga universitas di Bandung, Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Parahyangan. Tiga universitas ini, beberapa jurusannya selalu rutin mengadakan makrab. Misalnya, Akuntansi Universitas Parahyangan dengan nama TNT, thirdteen night akuntansi. “Disebut thirdteen soalnya, NPM jurusan akuntasi di Unpar no 13.” ujar Willy, salah satu mahasiswa akuntansi Unpar. Berbeda universitas berbeda pula nama dan konsep, seperti makrab jurusan ...

Pramono Anung: “Saya Menolak Pembangunan Gedung Baru DPR RI”

Jatinangor, (WARTA BIRU) : Pembangunan gedung baru DPR RI yang menghabiskan dana sekitar 1,1 Trilyun menimbulkan penolakan dari sejumlah pihak. Bukan hanya dari masyarakat, tetapi dari pihak DPR RI sendiri. “ Saya menjadi satu-satunya pimpinan yang menolak mengenai pembangunan gedung baru DPR RI.” dikatakan oleh Pramono Anung, wakil ketua DPR RI dalam kuliah umum di Unpad, Jumat (8/4). Akan tetapi, semenjak keputusan telah ditetapkan bahwa DPR RI menyetujui pembangunan gedung baru tersebut, Pramono menyetujui sebagai pimpinan dalam DPR RI. “Saya menolak pembangunan gedung tersebut, tetapi sejak adanya keputusan mau tidak mau saya harus menyetujui keputusan tersebut sebagai pimpinan di DPR RI. Akan tetapi, sejak saat itu juga saya tidak pernah lagi berbicara tentang pembangunan tersebut.” tambah Pramono. Penolakan juga datang dari fraksi PAN dan Gerindra. Padahal, saat sidang paripurna berlangsung tidak ada penolakan dari fraksi manapun. Hal tersebut menimbulkan berbagai polemik...