Perubahan
iklim, sumber daya alam semakin menipis dan efek negatif lainnya menunjukkan
tanda-tanda planet di mana kita berpijak ini sedang sakit. Lingkungan hidup
semakin tidak terawat dan terabaikan. Manusia sibuk mengejar materi dan
kedudukan sehingga mengabaikan bumi yang sedang sakit dan membutuhkan
pengobatan secepatnya. Semakin sedikit kepedulian terhadap bumi yang sekarat.
Masalah-masalah
lingkungan yang terjadi adalah hasil dari aktivitas manusia yang negatif.
Perubahan iklim, misalnya, atau lebih dikenal dengan nama pemanasan global (global warming) adalah salah satu gejala
bumi semakin sekarat. Pemanasan global merupakan peristiwa meningkatnya suhu
rata-rata global permukaan bumi. Salah satu penyebab meningkatnya suhu
permukaan bumi adalah aktifitas manusia yang menimbulkan efek rumah kaca.
Efek
rumah kaca ini akan menimbulkan radiasi inframerah dan melubangi ozon yang
semakin menipis. Bukan hanya itu, efek secara berkepanjangan adalah
terganggunya stabilitas ekosistem di bumi. Mencairnya gunung es, peningkatan
permukaan air laut yang bisa menimbulkan tsunami, cuaca ekstrem, badai dan
sederet kerusakan lainnya yang semakin membuat bumi kesakitan. Tidak mustahil
akan membuat bumi tutup usia jika sakit ini berkepanjangan.
Efek
yang ditimbulkan bukan hanya mengganggu stabilitas ekosistem, timbulnya
penyakit-penyakit baru juga salah satu gejala yang ditimbulkan dari pemanasan
global. Jika dirinci satu persatu, terlalu banyak gejala yang menunjukkan bumi
semakin sekarat.
Banyak
penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah pemanasan global, kampanye-kampanye
pencegahan pemanasan global semakin banyak. Tetapi hal tersebut seolah hanya
hiburan dan aksi sementara. Dibutuhkan konsistensi dalam melakukan aksi
pencegahan pemanasan global ini.
Sebentar
lagi kita akan memperingati Hari Bumi atau dikenal dengan nama Earth Day dalam dunia Internasional.
Sedikit kilas balik ke masa lampau. Hari Bumi ini diadakan untuk mengajak orang
lebih peka dan peduli terhadap lingkungan hidup. Meningkatkan kesadaran manusia
untuk menghargai dan menjaga planet tempat tinggal manusia, planet bumi.
Hari
Bumi ini pertama kali dicetuskan oleh Gaylord Nelson, senator Amerika Serikat
bagian Wisconsin pada tahun 1969. Pada 22 April 1970 banyak demonstran yang
memadati salah satu daerah di Amerika Serikat, Fifth Avenue New York untuk
mengecam para perusak bumi. Peristiwa inilah yang menjadi tonggak sejarah
diperingatinya Hari Bumi 22 April 1970.
Tahun
ini akan menjadi peringatan Hari Bumi yang ke 42. Bumi ternyata bukan semakin
dijaga tetapi semakin terlantar. Perlu pengenalan dan ditanamkan sejak dini
mengenai kepekaan menjaga lingkungan hidup. Kepekaan didukung dengan aksi nyata
demi bumi kita satu-satunya.
Aksi
sederhana yang bisa kita lakukan adalah mendukung program lembaga-lembaga yang
menyelenggarakan penyelamat bumi. Salah satunya adalah kegiatan yang
dilaksanakan bulan lalu, Earth Hour.
Mungkin terlihat sepele, hanya memadamkan lampu dan listrik selama enam puluh
menit bisa menyelamatkan bumi?
Sebenarnya
bukan aksi kecil enam puluh menit tersebut. Bayangkan jika selama enam puluh
menit dilakukan oleh semua masyarakat penghuni bumi. Berapa banyakah energi
yang dihemat? Berapa banyak bahan bakar minyak yang dihemat? Hal ini akan
menghemat sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (bahan bakar fosil).
Data
lapangan menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar fosil setiap tahunnya
meningkat. Jika terus seperti ini maka sumber daya alam ini akan habis. Hal kecil
berdampak besar untuk menyelamatkan bumi.
Tentu
tindakan hemat listrik tersebut tidak dilakukan satu tahun sekali. Setiap hari
mematikan penggunaan listrik yang tidak terpakai akan melatih kedisplinan kita
untuk lebih peka. Ketika hal kecil diperhatikan oleh banyak orang tentu akan
memberi dampak yang sangat besar.
Tindakan
nyata lainnya banyaknya melakukan penghijauan. Saat ini di Indonesia, terutama
di kota-kota besar, terus dilakukan pembangunan besar-besaran. Pembangunan demi
mendapatkan keuntungan yang besar tanpa mempertimbangkan kestabilan ekosistem.
Pembangunan yang menjadi-jadi ini mengakibatkan kurangnya daerah resapan,
sehingga ketika hujan bisa mengakibatkan banjir.
Ketika
terjadi bencana ini, manusia kembali yang akan disulitkan. Oleh karena itu,
perlu diperbanyak taman kota agar semakin banyak daerah resapan, dan ketika
hujan bisa mencegah banjir. Tindakan sederhana seperti ini yang seharusnya
mulai banyak dilakukan bukan hanya sebagai kampanye dalam poster belaka.
Kepekaan, aksi nyata dan konsistensi akan menyelamatkan bumi kita. Jika bukan
kita, siapa lagi?
(artikel dibuat dalam rangka memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April
Komentar
Posting Komentar